Thursday, May 28, 2009

syurga di bawah telapak kaki ibu

Di masa Rasulullah saw hiduplah seorang lelaki yang saleh dan rajin beribadah. Hampir setiap orang mengenalnya sebagai pribadi yang baik dan banyak berzikir. Namun, sungguh-sungguh mengherankan, ketika ia sakit parah dan hampir mendekati waktu ajal, lidahnya seolah-olah terkunci dari kalimat syahadat.
Kerabat dan sahabatnya membisikkan kalimah thayyibah di telinganya berulang-ulang. Namun mulut Al Qamah, nama lelaki itu tetap tak bergeming. Ia terlihat seperti ingin mengucapkan sesuatu, namun gagal. Mereka semua tak habis pikir, bagaimana mungkin seorang yang baik dan rajin beribadah seperti Al Qamah bisa kesulitan menghadapi sakaratul maut?
Maka, mereka pun melaporkan hal ini pada Rasulullah yang segera datang dan menengok kondisi Al Qamah. Ketika melihat betapa beratnya keadaan Al Qamah maka Rasulullah pun bertanya pada para hadirin:
„Apakah Al Qamah masih memiliki orangtua?“
„Ayahnya sudah meninggal ya Rasul, namun Al Qamah masih memiliki seorang ibu yang sudah tua dan lumpuh,“ jawab mereka.
Maka Rasulullah pun meminta Bilal dan Ammar mendatangi ibunda Al Qamah;
“Sampaikan pada Ummu Al Qamah bahwa Rasulullah mengundangnya. Apabila dia mampu, datanglah kemari. Bila tidak, aku yang datang mengunjunginya.”
Ketika ibu Al Qamah diberi tahu perihal undangan dari Rasulullah ini, dia bangkit dan berkata : “Dia adalah Rasulullah, sudah sepantasnya aku yang datang untuk menemuinya.” Lalu, meski semula lumpuh, dengan izin Allah, bunda Al Qamah seketika mampu berjalan dan menemui Rasulullah di kediaman puteranya, Al Qamah.
Setelah menyambut ibu Al Qamah, Rasul pun bertanya padanya dengan lembut, “Wahai ibu, bagaimana kabar Al Qamah selama ini?”
“Dia baik-baik saja. Dia juga seorang hamba Allah yang rajin beribadah, puasa, shalat dan juga selalu siap berjihad.”
“Lalu, bagaimana hubungan Al Qamah dengan ibu akhir-akhir ini?” tanya Rasul lagi.
Sang ibu sedikit terdiam, lalu menjawab perlahan, “Sesungguhnya, aku memang sedang marah kepadanya.”
“Mengapa?” tanya Rasul pula.
“Aku marah kepada Al Qamah, karena ia melukai hatiku dengan lebih mengutamakan isterinya daripada aku,” jawab Bunda Al Qamah.
Mengertilah kini Rasulullah persoalan Al Qamah. Rupanya, ia lebih mementingkan menyenangkan dan menuruti kehendak istrinya daripada berbakti kepada ibunya yang tua, lumpuh dan sesungguhnya membutuhkan dirinya pula. Kemarahan sang ibu rupanya telah memunculkan kemarahan Allah kepada Al Qamah, sehingga ia mengalami kesulitan di saat mengalami sakaratul maut. Maka Rasulullah pun berupaya mencairkan hati bunda Al Qamah agar bisa memaafkan dan merelakan anaknya.
“Carilah oleh kalian kayu bakar yang cukup banyak,” perintah Rasul pada Ammar dan Bilal pula.
Bunda Al Qamah terkejut. “Untuk apa kayu bakar itu wahai Rasul?”
“Untuk membakar jasad Al Qamah di dunia ini, sebelum ia kelak dibakar api di akhirat,” jawab Rasul.
“Ya Allah, Ya Rasulullah, apakah engkau akan membakar anakku ini?” suara Bunda Al Qamah begitu cemasnya.
“Hanya itulah yang dapat dilakukan untuk membantu mewafatkan Al Qamah, kecuali engkau mau memaafkan dan meridhoi Al Qamah.”
Mendengar jawaban itu, seketika menitiklah airmata sang ibu. Dan dengan suara pilu ia berkata, “Wahai Allah yang berada di langit, wahai Rasulullah, wahai sekalian umat manusia, persaksikanlah, sesungguhnya aku telah memaafkan kesalahan Al Qamah dan merelakan dirinya.”
Begitu bunda Al Qamah usai menyebutkan persaksiannya, para hadirin melihat bahwa jasad Al Qamah kini menjadi tenang dan bibirnya dengan mudah dapat mengucapkan kalimat sebelum nafasnya berhenti saat ajalnya datang.
Para sahabat yang melihat pun semakin memahami betapa pentingnya menjaga hubungan bakti kepada kedua orangtua terutama kepada ibu. Karena, keridhoan orangtua akan membawa kita kepada keridhoan Allah dan sebaliknya, kemarahan orangtua pun akan membawa kemarahan Allah.
Dan sungguh, setiap muslim pun perlu mengambil pelajaran dari kisah Al Qamah ini, sebagaimana para sahabat melakukannya.

Ditulis oleh : Zirlyfera Jamil, Majalah Ummi, No. 9/XVII Januari 2006/1426 H

p/s: i'll be going back mak.very soon:).now everyone can fly.yup every 2 months.wooho.maybe i should looking 4 mr pilot. bukan pen pilot itu.